Thursday, March 9, 2017

Indonesian, an Agglutinative Language


Hi guys! I just read this article that Indonesian is an agglutinative language. So I want to try to convert this short story in Indonesian into a story without any affixes. You can read the original story here.

Anyway here it goes!
  
Dulu, ada nenek yang punya dua buah pot besar. Nenek gantung dua pot itu pada satu batang kayu, dan dia bawa pada bahu dia untuk ambil air di mata air tiap hari.

Salah satu pot itu sudah retak, sementara yang satu lagi masih utuh. Pot yang utuh selalu dapat dia pakai untuk bawa air dengan baik. Namun, pot yang sudah retak pasti selalu ada air yang tumpah saat nenek itu bawa ke rumah. 
 
Tiap hari, sampai tahun demi tahun, nenek itu ambil air dengan dua pot itu. Pot yang utuh sangat bangga dan pot yang retak malu dan sedih, karena dia selalu buat air yang dia bawa tumpah. 
 
Suatu hari, pot yang retak bicara kepada si nenek. "Nek, aku malu, karena retak di tubuh aku ini, aku hanya bisa bawa sedikit air." Si nenek kemudian senyum, "Apa kamu tidak lihat, bahwa di jalan dari rumah ke mata air, ada banyak bunga yang tumbuh di sisi kamu, dan bukan di sisi yang lain. Itu karena aku sudah lama tahu tentang retak di tubuh kamu, dan aku sengaja tanam biji-biji bunga di jalan pulang itu di sisi kamu. Karena itu, sampai sekarang ini aku bisa petik bunga-bunga yang indah untuk hiasan rumah. Jika tidak ada kamu, bunga-bunga yang indah ini tidak akan bisa tumbuh karena kurang air, dan rumah ini pasti kurang indah."

I'm not a language expert, but I think it's good enough, no affixes, simple!

0 comments:

Post a Comment